V.
Neraca
Pembayaran Luar Negeri Indonesia
SATUAN
ACARA PERKULIAHAN
A.
Tujuan umum
Agar mahasiswa
dapat memahami Neraca Pembayaran Ln dalam perekonomian Indonesia
B.
Tujuan Khusus
Agar mahasiswa
dapat menjelaskan :
1.
Neraca transaksi berjalan
2.
Neraca transaksi modal
3.
Lalu lintas moneter : perubahan cadangan devisa
4.
Analisis kebijakan perdagangan, investasi dan devisa
C.
Materi Pembahasan
a.
Sistematika Neraca Pembayaran LN Indonesia
1.
Transaksi berjalan (Current Account)
2.
Modal diluar sektor moneter
3.
Selisih perhitungan (errors and ommissions)
4.
Lalu lintas moneter
b.
Aspek likuiditas neraca pembayaran LN
1.
Cadangan Devisa
2.
Hutang Luar Negeri
3.
Kurs Valuta Asing dan Devaluasi
c.
Aspek Solvabilitas Neraca Pembayaran LN
1.
Peran dan Perkembangan Ekspor Impor
2.
Efek nilai tukar perdagangan (terms of trade)
d.
Anslisis kebijakan neraca pembayaran LN
1.
Kebijakan perdagangan internasional
2.
Kebijakan pembayaran internasional
3.
Kebijakan bantuan luar negeri
PEMBAH ASAN MATERI
PENDAHULUAN
·
Neraca pembayaran (balance of payment atau BOP)
adalah catatan sitematis dari semua transaksi ekonomi internasional
(perdaganagn, investasi, pinjaman dan sebagainya) yang terjadi antara penduduk
dalam negeri suatu negara dan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), yang biasanya dinyatakan dalam dollar AS.
·
Oleh karena itu BOP sangat berguna karena
menunjukkan struktur dan komposisi transaksi ekonomi dan posisi keuangan
internasional suatu negara. Lembaga-lembaga keuangan internasional, seperti
IMF, bank dunia dan negara-negara donor juga menggunakan BOP sebagai salah satu
indikator dalam mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan keapda suatu
negara.
·
Selain itu, BOP juga merupakan salah satu
indikator fundamental ekonomi suatu
negara di samping variable-variabel ekonomi makro lainnya, seperti laju
pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per kapita, tingkat inflasi, tingkat suku
bunga dan nilai tukar mata uang domestik. (Tulus, T.H. Tambunan, Dr., 2001).
1.
SISTEMATIKA NERACA PEMBAYARAN LN
·
Tujuan utama pembuatan neraca pembayaran LN
adlaah :
1)
Agar otoritas moneter pemerintah mengetahui kedudukan
(hubungan) keuangan internasional,
2)
Untuk membantu membuat kebijakan moneter dan fisikal
3)
Mengambil kebijakan perdagangan dan pembayaran (hubungan
keuangan internasional).
·
Transaksi kredit adalah transaksi yang
menimbulkan hak untuk menerima pembayaran dari penduduk negara lain (tanda +).
Transaksi debit adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pembayaran kepada penduduk negara lain (tanda -) (Nopirin, 1990)
·
Pos-pos dalam neraca pembayaran LN. menurut
model Bank Indonesia
a.
Transaksi berjalan
b.
Modal diluar sektor moneter
c.
Jumlah (a + B)
d.
Selisih perhitungan C dan E, dan
e.
Lalu lintas moneter
·
Penyajian neraca pembayaran LN menurut model IMF
memuat pos-pos
a.
Neraca Barang dan Jasa
b.
Hibah
c.
Transaksi berjalan (A + B)
d.
Lalu lintas modal (D1 – Di Luar Sektor Moneter dan
L2 sektor moneter)
e.
Selisih perhitungan
(Laporan Bank
Indonesia Tahun 2000)
a.
TRANSAKSI BERJALAN (CURRENT
ACCOUNT)
·
Transaksi berjalan meliputi : transaksi
perdagangan barang dan jasa, pendapatan hasil invesasi (modal), dan transaksi
unilateral.
Transaksi
berjalan mengalami surplus bila ekspor (barang dan jasa) lebih besar dari impor
(barang dan jasa). Sebaliknya akan mengalami defisit apabila impor lebih besar
dari ekspor.
·
Sebelum krisis ekonomi 1997 transaksi berjalan
kita cenderungan tiap tahun mengalami defisit, karena :
1)
Besarnya pembayaran bunga pinjaman
2)
Besarnya pembayaran ongkos angkutan dan asuransi
3)
Besarnya pembayaran jasa-jasa lain. Defisit transaksi
berjalan selalu diusahakan ditutup dengan surplus pada neraca modal (lalulintas
modal) melalui pinjaman luar negeri.
·
Tahun-tahun sesudah krisis ekonomi 1997,
transaksi berjalan selalu mengalami surplus, karena :
1)
Impor barang menurun dengan drastis akibat melonjaknya
kurs dolar AS
2)
Ekspor barang cenderung terus meningkat akibat
merosotnya nilai tuakr rupiah (lihat Lampiran : Neraca Pembayaran Indonesia
Tahun 1997, 1998, 1999, 2000 dan 2001).
b.
MODAL DILUAR
SEKTOR MONETER
·
Pos ini bisa juga disebut Neraca Modal karena
menyangkut transaksi modal, yaitu lalu lintas modal yang terdiri dari : (1)
lalu lintas modal pemerintah dan (2) lalu lintas modal swasta.
Transaksi modal meliputi penanaman modal langsung,
utang – piutang jangka panjang maupun jangka pendek, baik yang dilakukan
pemerintah maupun oleh swasta.
·
Lalu lintas modal pemerintah selama tahun
1997-1999 mengalami saldo positif (+) karena : (a) penerimaan pinjaman
pemerintah meningkat dan (b) pelunasan pinjaman menurun akibat krisis ekonomi.
·
Lalu lintas modal swasta menghasilkan saldo
negatif ( - ) karena : (a) penanaman
modal langsung (investor) menurun drastis akibat capital flight, sedang, (b)
lainnya (pelunasan/ angsuran utang LN ) melonjak tinggi akibat jatuh tempo.
c.
JUMLAH (A + B)
·
Pos ini merupakan perhitungan antara saldo
transaksi berjalan dengan saldo neraca modal (modal di luar sektor moneter).
·
Pada tahun 1997, 1998, 1999 : saldo transaksi
berjalan (miliar $); -5,0, 4,1 dan 5,2. Sedangkan saldo neraca modal (miliar $)
berturut-turut 2,6,-3,9, -3,2. dengan demikian julmah (A + B) ; $-2,4 miliar
(1997) $0,2 miliar (1998) dan $2,0 miliar (1999)
d.
SELISIH PERHITUNGAN C DAN E
·
Pos ini merupakan rekening penyeimbang apabila
nilai transaksi-transaksi kredit tidak sama dengan nilai transaksi debit
(selisih “jumlah A + B” dengan “lalu lintas moneter”). Dengan demikian total
nilai sebelah kredit dan debit akan selalu sama atau balance.
·
Hal ini disebabkan karena keadaan tidak selalu
memungkinkan adanya cukup pengetahuan untuk menghasilkan pencatatan yang cukup
sempurna mengenai transaksi internasional. Beberapa rekening hanya merupakan
dugaan saja. Rekening lain dilaksanakan oleh perorangan, yang tidak seperti
pengusaha bank, pedagang perantara, pedaganga surat-surat berharga dan
perusahaan besar, tidak melapor dengan teratur mengenai kegiatan luar negeri
mereka. Maka perlu menambah satu rekening (pos) untuk kesalahan-kesalahan
(errors and omission) agar terdapat keseimbangan ke dua sisi dari neraca
(Kindleberger,
1983).
e.
LALU LINTAS MONETER
·
Transaksi (rekening) ini sering disebut
“accomodating” sebab merupakan transaksi yang timbul sebagai akibat adanya
transaksi lain. Transaksi lain disebut “autonomus” sebab transaksi ini timbul
dengan sendirinya, tanpa dipengaruhi oleh transaksi lain, seperti transaksi
berjalan, transaksi modal.
·
Perbedaan antara transaksi autonomus debit dan
kredit diseimbangan dengan transaksi “lalu lintas moneter”. Yang termasuk dalam
transaksi lalu lintas moneter adalah
mutasi dalam hubungan dengan IMF, pasiva LN, aktiva LN.
Defisit atau
surplus neraca pembayaran dapat diketahui dari rekening in (Nopirin, 1990).
·
Tahun1997 defisit $4,1 miliar (tanda +), tahun
1998, 1999 masing-masing surplus -$2,3 miliar, $3,4 miliar.
2.
ASPEK LIKUIDITAS NERACA PEMBAHARAN LN
·
Tujuan kebijakan neraca pembayaran LN berkaitan
dengann aspek likuiditas dan aspek solvabilitas :
(1)
Aspek likuiditas : menyangkut tujuan jangka pendek
(2)
Aspek solvabilitas : menyangkut tujuan jangka panjang
·
Aspek likuiditas berkaitan dengan posisi dan
perubahan cadangan devisa. Pemerintah sangat peka terhadap posisi dan perubahan
cadangan devisa. Pemerintah menganggap bahwa posisi dan perubahan cadangan
devisa sangat penting, karena dua alasan :
(1)
Kepercayaan penduduk Indonesia maupun orang-orang luar
negeri terhadap kurs devisa dan kebijakan ekonomi pemerintah sangat dipengaruhi
oleh perkembangan cadangan devisa. Sebab menurunnya cadangan devisa bisa
berakibat :
a.
Terjadinya pelarian modal ke luar negeri
b.
Menurun/ berhentinya aliran m odal jangka pendek dan
jangka panjang
c.
Keengganan negara donor menambah/ memberi bantuan
(2)
Cadangan devisa dapat dipakai untuk melakukann tindakan
penyesuaiann menghadapi fultuasi jangka pendek, sehingga memberikan tenggang
waktu kepada pemerintah untuk melakukan upaya kebijakann penyesuaian yang
diperlukan (Nopirin, 1990)
3.
CADANGAN DEVISA
1)
Devisa dan Valuta Asing
·
Devisa (foreign exchange) menurut pasal 1 UU No.
32/1964 adalah :
a.
Saldo bank resmi dari Bank Indonesia
b.
Valuta asing lainnya tidak termasuk uang logam, yang
mempunyai catatan kurs resmi dari BI
Dari ketentuan
di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian devisa mencakup baik valuta asing
dalam bentuk simpanan dibank maupun valuta asing dalam bentuk uang tunai tidak
termasuk uang logam), yang kedua-duanya mempunyai catatan kurs resmi di Bank
Indonesia.
·
Menurut UU No. 32/1964 dibedakan tiga jenis
devisa :
(1)
Devisa ready, yaitu devisa yang telah dikreditkan ke
dalam rekening bank dan siap untuk dipergunakan
(2)
Devisa Ready, yaitu devisa yang belum dikreditkan ke
dalam rekening bank dan masih dalam proses penagihannya atau masih menunggu
jatuh tempo untuk dapat dipergunakan.
(3)
Devisa tunai, yaitu devisa yang berupa uang kertas
asing atau bank note yang mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Indonesia.
Valuta Asing
(foreign currency) atau valas tidak lain adalah jenis devissa tunai seperti
dimaksud di atas.
(Roselyne,
Hutabarat, 1992)
2)
Konsep Cadangan Devisa
·
Sesuai kesepakatan dengan IMF, konsep pencatatan
cadangan devisa oleh Bank Indonesia perlu disesuaikan dengan metode yang
dipakai secara internasional, yaitu balance of payment manual IMF dan program
special Data dissemination Standard (SDDS) IMF.
Maksudnya agar angka cadangan devisa Indonesia mudah
dimengerti oleh semua pelaku pasar internasional dan dapat diperbandingkan dengan
dta negara-negara lain sehinggga dapat memberi gambaran yang lengkap kondisi
ekonomi Indonesia.
·
Sejak Januari 1998 Bank Indonesia mengubah
konsep cadangan devisa resmi menjadi konsep aktiva luar negeri bruto (gross
foreign assets = GFA). Di samping konsep GFA, Bank Indonesia juga mengumumkan
posisi cadangan luar negeri bersih (net international reserve = NIR)
·
Pengertian NIR adalah GFA dikurangi
kewajiban-kewajiban BI dalam valuta asing, yaitu :
a.
Utang dalam valuta asing dengan masa jatuh tempo sampai
dengan 1 tahun (termasuk penggunaan dana pinjaman IMF)
b.
Kewajiban bersih valuta asing dalam rangka transaksi
forward (net forward position)
c.
Simpanan valuta asing bank-bank di BI dalam rangka
pemenuhan ketentuan GWM dalam valuta asing
3)
Posisi GFA dan NIR
BI mengumumkan
posisi GFA dan NIR dua kali sebulan :
Posisi
Cadangan Devisa (miliar $)
Items Maret
1998
Gross
Foreign Assets 16.589,8
- Liquid
reserves 1) 10.809,9
- Others
reserve 2) 5.779,9
Loss gross
foreign liabilities 2.940,9
Plus net
forward position 3) -34,0
Loss reserve
agains FCDs 4) 435,2
Equal Net
Intgernational Reserves 13.179,7
Catatan :
1)
Liquid reserve, termasuk emas, sekuritas dalam valas,
deposito luar negeri lainnya dan special drawwing right (SDR)
2)
Others reserve terdiri dari : export draft, deposito di
cabang-cabang luar negeri bank nasional dan deposito yang ditempatkan di
bank-bank asing untuk menggaransi L/C
3)
Claims forward terhadap non resident dikurangi
kewajiban forward
4)
FCDs = foreign currency deposits
(Laporan Bank
Indonesia, Tahun 2000)
4.
HUTANG LUAR NEGERI
1)
Penyebab Meningkatnya Utang LN
(1)
Defisit Transaksi Berjalan (TB)
Lima tahun
sebelum krisis ekonomi (1992/1993 – 1996/1997) defisit TB masing-masing tiap
tahun (jutaan) : $2,311; $2,740; $3,248; $6,757 dan $7,847. Untuk menutup
defisit itu pemerintah melakukan pinjaman luar negeri.
(2)
Meningkatnya Kebutuhan Investasi
·
Hampir setiap tahun Indonesia menghadapi delima
invesment-saving gap. Selama tahun-tahun 1994, 1995, 1996, jumlah dana tabungan
(triliun) : Rp 56,2; Rp 69,0;; Rp 88,3; Sementara kebutuhan investasi
(triliun): Rp 71,4; Rp 96,4 dan Rp 119,6.
·
Hal ini mendorong meningkatnya pinjaman LN,
terutama pinjaman sektor swasta. Di samping kelangkaan dana, meningkatnya utang
LN juga didorong oleh perbedaan tingkat suku bunga.
(3)
Meningkatnya Inflasi
·
Laju inflasi tiga tahun menjelang krisis
meningkat: 7,04% (1993/1994) ; 8,57% (1994/1995) dan 8,86 (1995/1996). Hal ini
mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan komponen
suku bunga nominal.
·
Suku bunga krdit di Indonesia tinggi
(1995/1996); kredit modal kerja 19,30%, kerdit investasi 16,39%, sedangkan
LIBOR 5,39% dan SIBOR 5,37%.
(4)
Struktur perekonomian tidak efisien
ICOR menapai
4,9 (1984 – 1993) yang seharusnya antara 3 – 3.5. Jadi ada pemborosan sekitar
30%, karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan invetasi
besar. Hal ini mendorong utang luar negeri.
2)
Posisi Pinjaman Luar Negeri Indonesia
·
Posisi ugang luar negeri Indonesia pada akhir
1996/1997 secara kesellruhan mencapai $109,3 miliar.
(1)
Posisi pinjaman luar negeri sebelum krisis
Rincian
|
Posisi
31 Maret 1996
|
Posisi
31 Maret 1997
|
||
Miliar $
|
%
|
Miliar $
|
%
|
|
Pinjaman pemerintah
Bilateral 1)
Multilateral
Lainnya
Pinjaman swasta |
58,6
38,3
19,3
1,0
47,8
|
55,1
36,0
18,1
0,9
44,9
|
53,3
35,2
17,2
0,9
56,0
|
48,8
32,2
15,7
0,8
51,2
|
Jumlah
|
106,4
|
100,0
|
109,3
|
100,0
|
Sumber :
Laporan tahunan Bank Indonesia, 1996/1997
1) Termasuk
pinjaman lama dan fasilias kredit ekspor.
Dengan semakin
besarnya peran sektor swasta dalam perekonomian nasional, pangsa utangl aur
negeri sektor swasta juga semakin meningkat. Sedang percepatan pembayaran utang
pemerintah dimaksudkan untuk mengurangi beban utang luar negeri pada saat utang
swasta meningkat.
(2)
Posisi Pinjaman Luar Negeri Sesudah Krisis
Rincian
|
Posisi
31 Desember 1998
|
Posisi
31 Desember 1999
|
||
Juta $
|
%
|
Juta $
|
%
|
|
Pinjaman pemerintahSwastaBank
Non Bank
Surat Berharga
|
67.315
83.572
10.769
67.515
5.288
|
44,6
55,4
7,1
44,8
3,5
|
75.763
65.618
10.063
52.630
2.915
|
53,6
46,4
7,1
37,2
2,1
|
Jumlah
|
150.887
|
100,0
|
141.381
|
100,0
|
Sumber :
Laporan Tahunan Bank Indonesia, 1999
·
Peningkatan posisi utang pemerintah akibat
penarikan pinjaman multilateral dan pinjaman IMF serta dampak dari menguatnya
mata uang yen Jepang terhadap dolar Amerika Serikat.
·
Menurut jangka waktu utang swasta non bank
(akhir 1999) :
$46.7 miliar
(84,1%) : lebih dari 3 tahun (jangka panjang)
$ 3.1 miliar (
4,7%) : lebih dari 1-3 tahun (jangka menengah)
$ 5.7 miliar (10,3%) : lebih dari 1 tahun (jangka
pendek)
3)
Restrukturisasi Utang Luar Negeri Indonesia
·
Tingginya beban pembayaran pokok utang swasta
non bannk berkaitan utang yang baru mencapai 14,5% dari $23,2 miliar.
·
Realiasi restrukturisasi utang luar negeri
Indonesia
Jenis |
Posisi
31-12-98
|
Komitmen
Restrukturisasi
|
Realiasi
Restrukturisasi 99
|
||
Miliar $
|
Miliar $
|
%
|
Miliar $
|
%
|
|
Pemerintah
Swasta
Bank
Nonbank
|
67.3
83.6
10.8
72.8
|
4.7
29.5
6.3
23.2
|
6,9
35,3
58,3
31,9
|
3.8
9.6
6.2
3.4
|
80,1
32,5
98,4
14,7
|
Total
|
150.9
|
34.2
|
22,7
|
13.4
|
39,2
|
Sumber :
Laporan Tahunan Bank Indonesia, 1999
4)
Indikator Kelayakan Utang Luar Negeri
·
Rasio beban utang luar negeri (DSR = Debt
Service Ratio) dan rasio total utang terhadap PDB tahun 1999 masing-masing
mencapai 51,9% dan 108,5%.
·
Indikator beban utang luar negeri Indonesia
Indikator
|
Persentase
|
Kriteria Bank Dunia
|
|||
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
||
DSR
Posisi utang/ ekspor
Posisi utang/ PDB
|
34,0
179,5
48,9
|
44,6
207,8
63,6
|
58,7
262,0
145,8
|
51,9
240,0
108,5
|
20,0
130-220
50-80
|
Sumber:
Laporan Tahunan Bank Indonesia 1999
·
Beberapa indikator beban utang luar negeri sudah
berada di atas standar yang sehat. Beberapa rasio tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan Indonesia untuk memenuhi kewajiban luar negeri menjadi sangat
terbatas.
5.
KURS VALUTA ASING DAN DEVALUASI
Sifaat kurs
valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Sifat pasar ada yang tetap,
berubah-ubah atau diawasi. Maka dikenal beberapa sistem kurs devisa:
1)
Sistem Kurs Deivsa Tetap (Fixed Exchange Rate)
·
Pada masa berlaku sistem standar emas kurs antar
valuta asing dikaitkan dengan kandungan (isi) emas yang ada pada tiap mata uang
asing (kurs sesuai dengan perbandingan berat emas yang terkandung pada mata
uang yang bersangkutan).
·
Pada standar kertas seperti sekarang, yang
dimaksud fixed exchange rate adalah suatu sistem devisa di mana pemerintah
menetapkan tingkat kurs mata uang negara tersebut dengan mata-mata uang negara
lain dan brusahauntuk mempertahankannya dengan berbagai kebijakan secara sadar,
seperti :
a.
Tindkan-tindakan tidak langsung berupa : (1) pembleian
mata uang sendiri dengan mata uang asing oleh Bank Sentral atau (2) sebaliknya
penjualan mata uang sendiri apabila tingkat kurs dipasar melonjak di atas
tingkat kurs yang ditetapkan.
b.
Tindakan-tindakan langsung berupa penjatahan devisa
pada tingkat kurs yang ditetapkan. Dalam hal ini tidk ada “pasar devisa” dalam
arti sebenarnya.
2)
Sistem Kurs Mengambang (Floating/ Flexible Exchange
Rate)
·
Pada sistem ini kurs satu mata uang dengan mata
uang lain dibiarkan untuk ditentukan secara bebas oleh tarik-menarik kekuatan
pasar.
·
Keuntungan sistem ini bahwa tingkat kurs yang
berlaku selalu sama dengan tingkat kurs keseimbangan, sehingga tidak ada pasar
gelap, tidak ada masalah surplus atau defisit neraca pembayaran (Boediono,
1994).
3)
Perencanaan Devisa (Exchange Control)
·
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh
transaksi valuta asing. Tujuannya untuk
mencegah aliran modal ke luar.
·
Menghadapi jumlah devisa yang lebih kecil
dibandingkan perminataan, maka pemerintah melakukan alokasi di dalam
penggunaannya yakni dengan melakukan multiple exchange rata.
Sampai dewasa
ini Indonesia menganut regim devisa bebas dalam arti setiap penduduk bebas
menerima, menyimpan dann menggunakan devisa.
Dalam rangka
melaksanakan sistem deivsa bebas, Indonesia telah mengesahkan Undang-undang No.
24 tahun 1999 tentang lalu lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar.
1)
Sistem Devisa bebas
·
Undang-undang No. 24 tahun 1999 ini menegaskan
bahwa Indonesia tetap menganut sistem devisa, sehingga memungkinkan setiap
penduduk dapat dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa yang dimilikinya.
·
Prinsip devisa bebas tetap dipertahankan dengan
pertimbangann Indonesia masih memerlukan dana luar negeri untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan yang belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari dalam negeri
dalam rangka lebih mempercepat pembangunan. Selain itu, aliran modal masuk
tersebut juga diperlukan untuk menutup defisit transaksi berjalan yang sebelum
krisis mencapai sekitar 3% dari PDB.
2)
Pelaporan Lalu Lintas Devisa
·
Sistem devisa bebas dapat menimbulkan kerawanan-kerawanan
terhadap kestabilan-kestabilan ekonomi bila tidak disertai sikap kehati-hatian
seluruh pelaku ekonmi dan tidak tersedia data mengenai keluar masuknya modal ke
Indonesia.
·
Karena itu dalam undang-undang ini diatur
mengenai pelaporan dan pemantauan kegiatan lalu lintas devisa:
a.
Bank Indonesia berwenang meminta keterangan dan data
mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang dilakukan oleh penduduk.
b.
Setiap penduduk diwajibkan untuk memberikan keterangan
dan data dimaksud, secara langsung atau melalui pihak lain yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
c.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.1/9/PBI/1999,
mengatur kewajiban bank dan LKNB menyampaikan keterangan dan data mengenai
kegiatan lalu – lintas devisa, meliputi transaksi devisa, posisi aset dan
kewajiban finansial kepada Bank Indonesia.
3)
Surat Edaran Bank Indonesia No.1/9/DSM/1999 mengatur
teknis pelaporan, antara lain memuat ketentuan sanksi:
(1) Terlambat
melapor : Denda Rp 5.000.000/ hari keterlambatan
(2) Tidak
menyampaikan laporan : Denda Rp
100.000.000 + denda keterlambatan
(3) Laporan
tidak lengkap dan atau tidak benar :
Denda Rp 100.000/ perkekurangan/tidak benar sampai max. Rp. 100.000.000,-
(4) Tidak
menyampaikan laporan 6 periode berturut-turut atau paling lama 6 bulan.
·
DEVALUASI
¨
Dalam kenyataan kurs valuta asing tidak stabil
karena kenaikan harga umum di suatu negara berbeda dengan kenaikan harga umum
negara lain (partner)
¨
Rumus Teori Purchasing Power Parity (PPP)
IHDx / IHDn
Pn-x
= ------------------
IHFx / IHFn
Keterangan
: Pn-x
= Paritas Daya Beli Tahun s/d x
IHD = Indeks Harga Konsumen Dalam Negeri
IHF = Indeks Harga Konsumen Luar Negeri
n =
tahun dasar
x =
tahun x
¨
Rasio paritas yang semakin tinggi berarti
kenaikan harga umum dalam negeri lebih tinggi dibandingkan luar negeri. dengan
kata lain terjadi penilaian lebih (overvalue) terhadap mata uang dalam negeri.
Maka untuk menyesuaikan kurs mata uang dilakukan kebijakan devaluasi. Yaitu
menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri (asing).
·
ALASAN, TUJUAN DAN AKIBAT DEVALUASI
1.
Alasan Devaluasi: karena telah terjadi
ketidak-seimbangan (defisit) neraca pembayaran.
Dalam
persetujuan perjanjian IMF. Artikel IV section 5 9a) dan (f) disebutkan bahwa
“negara-negara anggota menyetujui untuk tidak perlu menyampaikan usul pada IMF
mengenai perubahan paritas kurs mata uangnya, kecuali bila dianggap perlu
melakukan koreksi atas suatu disekuilibrium fundamental neraca pembayaran. IMF
sendiri akan menyetujui perubahan kurs itu apabila IMF menganggap perbaikan itu
perlu dijalankan”.
2.
Tujuan Devaluasi :
(1)
Untuk merangsang perluasan ekspor akibat penerimaan
yang bertambah dari para eksportir
(2)
Untuk menurunkan impor karena bertambah mahal akibat
kenaikan kurs.
(3)
Dengan meningkatnya ekspor dan menurunnya impor maka
neraca pembayaran seimbang (tidak defisit) dan diharapkan cadangan devisa akan
bertambah.
3.
Akibat Devaluasi
Harga barang-barang yang
menggunakan bahan baku impor akan naik akibat naiknya kurs dan pada akhirnya
harga barang-barang lain juga akan naik.
5.
ASPEK SOLVABILITAS
NERACA PEMBAYARAN LUAR NEGERI
Bagaimana peran ekspor-impor terhadap perekonomian
nasional bisa dilihat dari berbagai indikator, seperti : (1) saldo transaksi
berjalan, (2) rasio ekspor-impor terhadap PDB dan (3) dinilai tukar perdagangan
(terms of trade)
1. Perkembangan
Saldo Transaksi Berjalan
·
Transaksi Berjalan (TB) adalah perhitungan
antara saldo ekspor-impor barang dengan saldo ekspor-impor jasa atau kalau
digabung TB adalah perhitungan antara ekspor barang dan jasa dengan impor
barang dan jasa.
Perkembangan Ekspor, Impor dan
Saldo TB (1973-1990) (dalam juta
$)
Periode
|
Ekspor Barang dan Jasa
|
Impor Barang dan Jasa
|
Saldo TB, Termasuk Off Transfer
|
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
|
3,306
7,464
7,025
8,774
10,929
11,327
15,552
22,241
24,878
21,274
19,866
22,152
20,139
15,972
18,832
21,370
25,411
29,455
|
3,836
6,915
8,160
9,696
11,006
12,754
14,602
19,432
25,694
26,732
26,318
24,175
22,150
20,142
21,187
23,021
26,858
32,038
|
-476
598
-1,109
-907
-51
-1,413
980
3,011
-566
-5,324
-6,338
-1,856
-1,923
-3,911
-2,098
-1,397
-1,108
-2,369
|
Sumber
: IMF, International Financial
Statistic (dikutip dari : Tulus T. H. Tambunan, 1996).
·
Hampir setiap tahun TB mengalami saldo defisit (
- ) kecuali pada tahun-tahun 1974, 1979 dan 1980 yaitu pada masa oil boom I dan
II.
2. Rasio
Ekspor Impor terhadap PDB
·
Besar kecilnya rasio ekspor impor terhadap PDB
menunjukkan besar-kecilnya peranan atau sumbangan perdagangan luar negeri
terhadap PDB. Makin bsar rasio ekspor impor terhadap PDB, makin besar sumbangan
ekspor impor terhadap PDB, yang berarti pula makin besar pengaruh perdagangan
luar negeri terhadap perekonomian nasional.
·
Tahun 1980 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
sebesar $69,800 miliar, nilai ekspor saat itu $21,909 miliar dan nilai impor
$10,909 maka kalau kita hitung rasio ekspor – impor erhadap PDB pada tahun 1980
sebesar 47,0%. Rasio itu pada tahun 1996/1997 meningkat menjadi 55,7%, karena
saat itu jumlah PDB sebesar $231,400 miliar, sedang total nilai ekspor + impor
sebesar $128,913 miliar.
·
Besarnya % nilai ekspor dan impor terhadap PDB
tersebut menunjukkan bahwa keterpaduan ekonomi Indonesia masih lemah. Ekonomi
Indonesia sangat tergantung pada ekonomi luar negeri.
6. EFEK NILAI TUKAR PERDAGANGAN (TERMS OF
TRADE)
·
Pengaruh Perdagangan luar negeri dapat diketahui
melalui indikator indeks nilai tukar perdagangan (terms of trade) perubahan
terms of trade (TOT) dari tahun ke tahun akan mempengaruhi besarnya pendapatan
domestik bruto (GDY = Gross Domestic Yield). Untuk mengetahui berapa besar
pengaruh TOT terhadap GDY, maka perlu dilakukan prosedur sebagai berikut :
(Suseno, 1995).
1)
Menentukan indeks harga ekspor (Px) dan
indeks harga impor (Pm).
XB MB
Px = --------- .
100% ; Pm = --------- . 100%
XK MK
Keterangan :
XB = ekspor harga berlaku
XK = ekspor harga konstan
MB = impor harga berlaku
MK - impor harga konstan
2)
Menentukan indeks nilai tukar atua terms of trade (TOT)
Px
TOT = ------- . 100%
Pm
3)
Menentukan nilai kapasitas impor (Cm), yaitu
kemampuan mengimpor barang-barang dari luar negeri berdasarkan nilai ekspor.
XB XK
Cm = ------- .
100%, atau ------- . TOT
Pm 100
4)
Menentukan efek nilai tukar perdagangan luar negeri
(ENT)
ENT = Cn – XK
5)
Menentukan nilai Pendapatan Domestik Bruto (GDY)
GDY = PDB + ENT
·
Contoh Perhitungan :
Tabel Ekspor
Impor menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan 1993 (miliar rupiah)
Uraian
|
1998
|
2002
|
Ekspor harga berlaku (XB)
Ekspor harga konstan (XK)
Impor harga berlaku (MB)
Impor harga konstan (MK)
PDB s/d harga konstan 1993
|
506.244,8
134.707,2
413.058,1
132.400,7
376.374,7
|
559.941,9
116.907,1
459.631,1
97.985,1
426.740,5
|
Perhitungan ENT dan GDY 1998, 2002 (miliar rupiah)
Uraian
|
1998
|
2002
|
Indeks harga berlaku (Px)
Indeks harga konstan (Pm)
Term of Trade (TOT)
Kapasitas Impor (Cm)
Efek Nilai Tukar (ENT)
GDY s/d harga 1993
|
375,8%
312,0%
120,5%
162.258,0
27.550,8
403.925,5
|
487,5%
469,1%
103,9%
121.496,9
4.589,8
431.330,3
|
·
Harga ekspor dan impor konstan 2002 lebih kecil
dibandingkan harga ekspor dan impor konstan 1998, menyebab TOT menurun dari
120,5 (1998) menjadi 103,9 (2002), sehingga ENT tahun 2002 hanya Rp 4.589,8
miliar dibandingkan ENT tahun 1998 sebesar Rp 27.550,8 miliar.
7.
ANALISIS KEBIJAKAN
NERACA PEMBAYARAN LN
·
Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas
adalah tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk dari pada perdagangan dan
pembayaran internasional.
Dalam arti sempit
kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah
yang secara langsung mempengaruhi perdagangan dan pembayaran internasional.
·
Instrumen kebijakan ekonomi internasional
meliputi : (1) kebijakan perdagangan internasional; (2) kebijakan pembayaran
internasional; (2) kebijakan bantuan luar negeri.
1) KEBIJAKAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
a.
Cakupan kebijakan meliputi tindakan pemerintah terhadap
transaksi-transaksi dalam
b.
TINDAKAN/ KEBIJAKAN PEMERINTAH :
(1)
Mengundangkan UU No.5/ 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat: untuk meningkatkan efisiensi dan
daya saing usaha;
(2)
Menurunkan tarif pajak ekspor (beberapa produk
tertentu): untuk meningkatkan daya
saing.
(3)
Mendirikan PT. Bank Ekspor Indonesia (BEI): menyediakan
pembiayaan, penjaminan, jasa konsultasi dan usaha lain untuk meningkatkan
ekspor.
2)
KEBIJAKAN PEMBAYARAN INTERNASIONAL
a.
Kebijakan ini meliputi tindakan/ kebijakan pemerintah
rekening modal (Modal di Luar Sektor Moneter): menyangkut lalu lintas modal
masuk dan keluar.
b.
Tindakan/ kebijakan pemerintah :
1.
Penghapusan pembatasan penanaman modal asing (PMA): di
bidang perkebunan kelapa sawit, perdagangan eceran dan grosir.
2.
Pengesahan kerangka kerja sama investasi antar ASEAN
3.
Mengundangkan UU No. 24/ 1999 tentang lalu lintas
Devisa dan Sistem Nilai Tukar
4.
Peraturan BI, PBI No.1/9/PBI/1999: ketentuan mengenai
kewajiban pelaporan lalu lintas (kegiatan) devisa melalui Bank dan LKBB.
3)
KEBIJAKAN BANTUAN LUAR NEGERI
a.
Kebijakan bantuan luar negeri adalah tindakan/
kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grants), pinjaman
(loans):
b.
Tindakan/ kebijakan pemerintah :
Pemerintah bersama bank
Indonesia meneruskan upaya penyelesaian masalah utang luar negeri dan dalam
negeri salah satu penyelesaian utang luar negeri adalah :
(1)
Pemerintah melanjutkan kesepakatan Frankfrut 4 Juni
1998 mengenai restrukturisasi utang jangka pendek antar bank melalui pertemuan
di London 29 Maret 1999.
(2)
Hasil kesepakatan pertemuan London: menukarkan utang
luar negeri antar bank (exchange offer) yang jatuh tempo antara 1-4-1999 s/d
31-12-2001 dengan utang baru yang jatuh tempo antara tahun 2002 hingga tahun
2005.
(3)
Fasilitas yang diberikan kepada para debitor dan
kreditor untuk menyelesaikan masalahnya melalui PRAKASA JAKARTA dan INDRA
(Indonesia Debt Restruturing Gency)
DAFTAR BACAAN
1.
Tambunan, Tulus, T.H., Dr., Perekonomian Indonesia,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001.
2.
Nopirin, Dr., Ekonomi Internasional, …… 1990
3.
Kindleberer, Ekonomi Internasional, Terjemahan
oleh Rudy P. Sitompul, Penerbit Erlangga, jakarta, 1983.
4.
Hutaba rat, Roselyne, Dra., Transaksi Ekspor-Impor,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992.
5.
Boediono, Dr., Ekonomi Internasional,
Diterbitkan oleh BPFE, Yogyakarta, 1994.
6.
Opposunggu, H.M.T., Kebijaksanaan Devaluasi di
Indonesia, Penerbit Erlangga, jakarta, 1985.
7.
Triyono Widodo, Suseno Hg. Indikator Ekonomi,
Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia, Penerbit Kanisius, 1995.
8.
Bank Indonesia, Laporan Bank Indonesia, Tahun
1998, 1999, 2000, 2001, 2002.
MONETER DAN BANK
Bank
Indonesia :
-
Menjaga stabilitas harga/ inflasi
-
Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
1.
Kredit è M2 è inflasi meningkat kebijakan DPT dengan SBI dan CAR
& LDR
a.
Mekanisme SBI
Bila M2
(kelebih likujiditas) è Bunga SBI è likuiditas Bank :
-
50% beli SBI
-
50% beli kredit
b.
CAR :
-
Tujuan
-
Manfaat
LDR :
-
Tujuan
-
Manfaat
2.
Susunan/ Rumus Mo dan M2
M0 è
sasaran operasional
M2 è
sasaran antara
Inflasi è
sasaran akhir
Lampiran : Neraca Pembayaran Indonesia
1997 – 2001 (Standar Bank Indonesia)
1995 – 1998 (Standar IFM)
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
|
|||
Rincian
|
1997
|
1998
|
1999
|
MILIAR $
|
|||
A. Transaksi
Berjalan
1.
Barang
a.
Export f.o.b
1)
Non Migas
2)
Migas
-
Minyak
-
LNG
-
LPG
b.
Impor f.o.b
1)
Non Migas
2)
Migas
-
Minyak
-
LNG
2.
Jasa
a.
Non Migas
b.
Migas
1)
Minyak
2)
LNG
B. Modal
di luar Sektor Moneter
1)
Lalu lintas modal pemerintah (bersih)
a.
Penerimaan pinjaman
b.
Pelunasan pinjaman
2)
Lalu lintas modal swasta (nt)
a.
Penanaman modal langsung
b.
Lainnya
C. Jumlah
(A + B)
D. Selisih
perhitungan C dan E
E. Lalu
– lintas Moneter
Catatan :
1. Aktiva
Luar Negeri (GFA)
Setara impor nonmigas (bulan)
2. Cadangan
Devisa Bersih (NIR)
3. Transaksi
Berjalan (%)
|
-5,6
10,1
56,3
44,6
11,7
6,8
4,4
0,5
-46,2
-41,1
-4,8
-4,5
-0,3
-15,1
-10,5
-4,6
-2,1
-2,5
2,6
2,9
7,9
-4,7
-0,3
4,7
-5,0
-2,4
-1,7
4,8
21,4
4,5
17,6
-2,3
|
4,1
18,3
50,3
42,9
7,4
4,1
3,1
0,2
-32,0
-29,1
-2,9
-2,6
-0,3
-14,2
-11,4
-2,8
-1,4
-1,4
-3,9
10,0
13,7
-3,7
-13,9
-0,4
-13,5
0,2
2,1
-2,3
23,8
8,9
14,1
4,3
|
5,2
20,1
51,4
41,4
10,0
5,7
4,0
0,3
-31,3
-27,4
-3,9
-3,6
-0,3
-14,9
-11,9
-3,0
-1,4
-1,6
-3,2
6,5
10,6
-4,1
-9,7
-2,3
-7,4
2,0
1,4
-3,4
27,1
10,9
16,4
4,0
|
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
|
|||
Rincian
|
1999
|
2000
|
2001
|
MILIAR $
|
|||
A. Transaksi
Berjalan
1.
Barang
a.
Export f.o.b
1)
Non Migas
2)
Migas
-
Minyak
-
LNG
-
LPG
b.
Impor f.o.b
1)
Non Migas
2)
Migas
-
Minyak
-
LNG
2.
Jasa
a.
Non Migas
b.
Migas
1)
Minyak
2)
LNG
B. Modal
di luar Sektor Moneter
1)
Lalu lintas modal pemerintah (bersih)
a.
Penerimaan pinjaman
b.
Pelunasan pinjaman 1)
2)
Lalu lintas modal swasta (nt)
c.
Penanaman modal langsung
d.
Lainnya
C. Jumlah
(A + B)
D. Selisih
perhitungan C dan E
E. Lalu
– lintas Moneter 2)
Catatan :
1. Aktiva
Luar Negeri (GFA)3)
Setara impor nonmigas (bulan)
2. Cadangan
Devisa Bersih (NIR)
3. Transaksi
Berjalan (%)
|
5,8
20,6
51,2
41,0
10,3
5,7
4,2
0,4
-30,6
-26,6
-4,0
-3,7
-0,3
-14,9
-11,7
-3,2
-1,5
-1,7
-4,6
5,4
7,9
-2,6
-9,9
-2,7
-7,2
1,2
2,1
-3,3
27,1
6,7
4,1
|
8,0
25,0
65,4
50,3
15,1
8,0
6,8
0,4
-40,4
-34,4
-6,0
-5,8
-0,2
-17,1
-12,5
-4,6
-2,2
-2,4
-6,8
3,2
5,0
-1,8
-10,0
-4,6
-5,4
1,2
3,8
-5,0
29,4
6,0
5,3
|
5,0
21,6
58,7
45,8
12,9
7,2
5,4
0,4
-37,0
-31,4
-5,6
-5,3
-0,3
-16,7
-12,4
-4,3
-2,2
-2,1
-8,9
-0,3
3,3
-3,6
-8,6
-5,9
-2,7
-3,9
2,6
1,4
28,0
6,1
3,4
|
Neraca
Pembayaran Indonesia 1) (juta $)
|
|||||
Rincian
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
19992)
|
A.
Neraca barang dan Jasa
1. Barang dagangan ekspor
f.o.b
Barang dagangan impor f.o.b
2. Ongkos penggangkutan dan
asuransi
Berhubungan dengan impor
3. Ongkos pengangkutan
lainnya
4. Perjalanan luar negeri
5. Jasa modal
5.1.
Jasa modal dari sektor minyak bumi dan LNG
5.2.
Jasa modal dan penanaman modal langsung dan lainnya
6. Pemerintah tidak termasuk
bagian lain
7. Jasa lain-lain
Neraca barang (1)
Neraca Jasa ( 2 s.d. 7)
B.
Hibah
8. Swasta
9. Pemerintah
C.
Transaksi Berjalan (A + B)
D.
Lalu lintas Modal
D.1. Diluar sekotr moneter
10. Penanaman modal langsung
dan lalu lintas modal jangka panjang lainnya
Penanaman modal langsung
Obligsi
a. Pemerintah
b. Swasta
Lalu lintas modaljangka panjang lainnya
a. Pemerintah
b. Swasta
11. Lalu lintas modal jangka
pendek
11.1. Pemerintah
11.2. Swasta
D.2. Sektor moneter
12. emas moneter
13. Special Drawing Rights
14. Hubungan dengan IMF
15. Valuta asing
16. Lain-lain
E.
Selisih perhitungan (antara C dan D)3)
|
-6.760
42.454
-40.921
-4.504
-695
3.057
-7.907
-2.033
-5.874
-183
-2.858
6.533
-13.293
330
--
330
-6.430
8.768
10.284
10.268
4.346
--
--
--
5.938
31
5.907
--
--
--
-1.516
-12
-5
-7
-1.492
0
-2.338
|
-7.801
50.188
-44.240
-4.867
-1.018
3.787
-8.176
-2.168
-6.008
-225
-3.250
5.948
-13.749
125
--
125
-7.676
6.387
10.638
6.613
6.194
--
--
--
419
-672
1.091
4.225
0
4.225
-4.451
48
3
8
-4.511
1
1.289
|
-5.001
56.297
-46.223
-5.084
-934
4.236
-8.946
-2.614
-6.332
-264
-4.103
10.074
-15.075
309
--
309
-4.692
6.343
2.233
4.478
4.677
--
--
--
-199
2.571
-2.70
-2.245
0
-2.245
4.110
219
-524
273
4.142
0
-1.651
|
3.589
50.371
-31.942
-3.337
-852
2.154
-9.955
-1.756
-8.189
-78
-2.773
18.429
-14.841
508
--
508
4.097
-6.219
-3.875
4.354
-356
--
--
--
4.710
9.920
-5.267
-8.229
0
-8.229
-2.344
6
132
0
-2.482
0
2.123
|
4.363
51.435
-31.357
-2.811
-926
2.189
-11.030
-1.820
-9.210
-72
-3.077
20..078
-15.726
804
--
804
5.157
-6.504
-3.212
4.735
-2.323
--
--
--
7.058
6.542
516
-7.947
0
-7.947
-1.292
-9
156
0
-3.439
0
1.548
|
1)
Penyajian menurut standar iMF
2)
Proyeksi per 30 November 1999
3)
Positif berarti detaild an negatif berarti surplus
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar