I.
SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA (BAGIAN 1)
2.1. SATUAN
ACARA PERKULIAHAN
a. Tujuan
Umum
Agar mahasiswa memahami sejarah
perekonomian Indonesia melalui teori-teori ekonomi dan analisis kebijaksanaan.
b. Tujuan
Khusus
-
Mahasiswa dapat menjelaskan :
§ Penggunaan
peralatan analisis ekonomi
§ Permasalahan
ekonomi Indonesia
§ Analisis
kebijakan perekonomian Indonesia
c. Materi
Pembahasan
-
Pendahuluan :
(1) Kriteria
kemajuan ekonomi
(2) Peralatan
analisis ekonomi
-
Periode Kolonial :
(1) Karakteristik
(2) Statistik
-
Periode Kemerdekaan :
(1) Demokrasi
Liberal (1945 – 1959)
(2) Ekonomi
Terpimpin (1959 – 1966)
(3) Ekonomi
Pancasila (1966 – 1998):
a) Masa
stabilisasi dan rehabilitasi (1966 – 1968)
b) Masa
pembangunan ekonomi (1969 – sekarang )
·
Masa Oil Boom (1973 – 1982)
·
Masa Pacsca Oil Boom (1983 – 1986)
(4) Krisis
Ekonomi Tahun 1997
2.2. PEMBAHASAN
MATERI
A. PENDAHULUAN
-
Sejarah menguraikan rangkaian-rangkaian peristiwa dari
waktu ke waktu, sehingga tergambar dengan jelas perubahan-perubahan yang
terjadi dalam satu kurun waktu. Perubahan-perubahan tersebut bisa melaihrkan
keadaan sekarang lebih baik ataupun lebih buruk dari keadaan masa lalu. Apakah
setelah sekian tahun dilakukan pembangunan ekonomi, keadaan ekonomi sekarang
lebih maju atau lebih mundur. Hal ini perlu kita nilai berdasarkan tolok ukur
atau kriteria kemajuan ekonomi.
-
Dalam kontek sejarah, satu peristiwa yang terjadi tidak
berdiri sendiri dalam arti peristiwa tersebut tidak berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa lain sebelumnya. Ada hubungan sebab akibat, ada hubungan
saling mempengaruhi antara satu peristiwa dengan peristiwa lain. Untuk
mengetahui bagaimana sifat hubungan itu, bagaimana akibat peengaruh hubungan
itu, kita perlu memahami beberapa peralatan analisis ekonoim.
(1)
Kriteria Kemajuan Ekonomi
a.
Bagi negara-negara maju/ industri
1)
Tingkat pendapatan per kapita
2)
Distribusi pendapatan nasional
3)
Tingkat inflasi
4)
Tingkat pengangguran
Sejauh yang
merupakan obyek perhatian adalah ekonoi negara-negara yang masih berkembang
maka perlu diperhatikan beberapa aspek lagi (B.S. Mulana, 1983).
b.
Bagi negara-negara sedang berkembang
-
Kriteria yang bersifat struktural:
1)
Tingkat pendapatan per kapita
2)
Distribusi pendapatan nasional
3)
Peranan sektor industri/ mfanufakturing dan jasa
4)
Keterpaduan antar industri, antar sektor ekonomi, dan
antar daerah
-
Kriteria yang bersifat tahunan :
5) Tingkat inflasi
6) Tingkat pengangguran
-
Yang diinginkann negara-negara sedang berkembang adalah
keadaan yang dapat dan telah mengalami proses yang membawa perubahan-perubahan
struktural yang berarti. Maka dalam kriteria struktural ditambah besarnya
peranan sektor-sektor non pertanian/ non iekstraktif dalam GNP atau GDP,
besarnya peranan sektor industri dan jasa (manufakturing) dalam ekspor,
tingginya tingkat keterpaduan secacara vertikal dalam sektor industri, serta
tingkat keterpaduan antara sektor dan antar daerah dalam ekonomi (B.S. Muljana,
1983).
-
Untuk menilai kesuksesan suatu Pelita di Indonesia
lazim di pergunakan kriteria tingkat pertumbuhan ekonoi dan tingkat pemerataan
pembangunan dan hasil pembangunan (dua logos dari Trilogi Pembangunan).
(2)
Peralatan Analisis Ekonomi
-
Langkah awal dalam mempelajari mekanisme kerja ekonomi
nasional adalah mendekati kegiatan ekonomi melalui tiga sisi, yaitu segi
produksi, segi pembelanjaan/ pengeluaran dan segi pendapatan. Ketiga pendekatan
itu dalam berbagai buku literatur disebut
analisis ekonomi makro (Susanto Hg., 1995).
-
Beberapa konsep/ indikator penting yang perlu dpahami
dalam rangka anlaisis ekonomi makro antara lain : produk domestik bruto (PDB),
pendapatan nasional (Y), pendapatan per kapita, nilai tambah (Vas), kontribusi
sektor (Ks), laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi (In), jumlah uang
beredar (JUB), debt service ratio (DSR), nilai tukar perdagangan (TOT), tingkat
pengangguran, tingkat kesenjangann dan incremental capital output ratio (ICOR).
a.
Produk Domestik Bruto (PDB = GDP)
1)
Dilihat dari sumber pembentukannya, GDP diperoleh
dengan cara menjumlahkan seluruh nilai tambah dari sektor-sektor usaha.
Rumus :
GDP
= VAsp + VAss + VAst
Keterangan :
VAsp = Nilai Tambah Sektor Primer
VAss = Nilai Tambah Sektor Sekunder
VAst =
Nilai Tambang Sektor Tertier
2)
Dilihat dari penggunaannya (dari segi pengeluaran),
nilai GDP harus sama dengan nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga © +
konsumsi pemerintah (G) + pembentukan modal bruto (I) + ekxpor dikurangi impor
(X – M).
Rumus :
GDP
= C + I + G + (X – M)
b.
Pendapatan Nasional (NI – Y)
-
Cara perhitungan pendapatan nasional :
Rumus :
GNP = GDP + F
NNP = GNP – D
NI = NNP – Nit
= (GDP + F) – D
– Nit
NI = GDP + F – D – Nit
Skema :
Produk Domestik Bruto (GDP) Rp
xxxxx
Ditambah : pendapatan
neto terhadap luar
Negeri
atas faktor produksi (F) Rp
xxxxx
Produk nasional Bruto (GNP) Rp
xxxxx
Dikurangi : penyusutan
(D) Rp
xxxxx
Produk Nasional Neto (NNP) Rp
xxxxx
Dikurangi : pajak tak
langsung (Nit) Rp
xxxxx
Pendapatan Nasional (NI = Y) Rp
xxxxx
c.
Pendapatan per kapita
-
Pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk
-
Rumus :
NI
Pendapatan
per kapita : ---------
P
d.
Nilai tambah (VAs)
-
Rumus :
VAs = OPs –
IPs
-
Keterangan :
VAs = Nilai tambah masing-masing sektor
OPs = Output (keluaran)
sektor
IPs = Input (masukan) sektor
e.
Kontribusi Sektor (Ks)
Rumus :
VAs (Rp)
Ks = x 100%
PDB (Rp)
f.
Laju pertumbuhan Ekonomi
Rumus :
PDBx – PDBx - 1
1)
Cara tahunan =DPDBx = x 100%
PDBx-1
2)
Cara Rata-rata
Keterangan :
r = laju pertumbuhan ekonomi rata-rata
setiap tahun
n = jumlah tahun (mulai dengan sampai
dengan)
tn = tahun terakhir periode
to = tahun awal periode
g.
Tingkat Inflasi (IF)
Rumus
(Sederhana) :
1)
Menghitung IHK (Indeks Harga Konsumen)
Current Price
Index Sumber = x 100%
Base-period price
2)
Menghitung tingkat inflasi (inflation rate = IR)
IHKn
(1)
Bulanan : IRn = x 100% - 100%
IHKn-1
Keterangan :
IR = angka inflasi (%) bulan n
IHKn
= Indeks umum IHK Gabungan 17 kota bulan
n
IHKn-1 = Indeks umum IHK Gabungan 17 kota bulan
ke(n-1)
(2)
Tahunan : cummulative method (dengan menjumlahkan
inflasi setiap bulan)
IHKx
IRx
= x 100%
- 100%
IHK(x-1)
Keterangan :
IRX
= tingkat inflasi tahun x
IHKn
= IHK tahun x
IHKn-1 = IHK tahun yang lalu
h.
Debt Service Ratio (DSR)
-
Rasio angsuran hutang LN terhadap ekspor ini
menggambarkan kemampuan suatu negara dalam melunasi hutang LN.
Rumus :
Keterangan :
Dt = Bunga & Cicilan hutang
Xnt = ekspor
neto (bersih), setelah dikurangi impor mingas
Xbt = ekspor
bruto (kotor)
-
Karena yang menanggung beban hutang pemerintah dan
swasta maka ada empat versi perhitungan DSR :
1)
DSR pemerintah terhadap ekspor bruto
2)
DSR pemerintah (pemerintah + swasta) terhadap ekspor
bruto
3)
DSR pemerintah terhadap ekspor neto
4)
DSR Indonesia (pemerintah + swasta) terhadap ekspor
neto
i.
Nilai Tukar Perdagangan (term of Trade = TOT)
-
Ada lima langkah untuk menentukan efek nilai tukar
perdagangan LN terhadap GDP (mempeengaruhi kemakmuran), dua diantaranya adalah
:
1)
Pertama, menentukan indeks harga ekspor (Px) dan indeks
harga impor (Pm)
Keterangan :
Px = Indeks ekspor
Pm = indeks impor
X, M = ekspor, impor
B = Bulan berlaku / harga tahun berjalan
K = harga konstan
2)
Kedua, menentukan indeks nilai tukar (term of trade)
Keterangan :
Px = Indeks harga ekspor
Pm = Indeks harga impor
j.
Tingkat Kesenjangan, bisa dihitung dengan Gini
Coeeficient (GC) atau 40% golongan termiskin (40% GTM)
-
Kesenjangan tinggi bila 40% GTM menerima < 12% dari
NI (Y)
-
Kesenjangan sedang bila 40% GTM menerima 12-17dari Y
-
Kesenjangan rendah bila 40% GTM menerima > 17% dari
NI (Y)
B.
PERIODE KOLONIAL
(1)
Karakteristik
a.
Ciri perekonomian kolonial
-
Pada jaman Kolonial belanda, ekonomi Indonesia diwarnai
oleh suatu strategiyang melahirkan dualisme dalam kegiatan ekonoi, yaitu
dualisme antara sektor ekspor (enclave) dan sektor tradisonal (hinterland).
Sektor ekspor diwakili dengann kehadiran perkebunan-perkebunan di daerah
pedesaan (Suroso, 1994).
-
Pendirian perkebunan di daerah pedesaan semata-mata
karena pertimbangan lokasi yang menguntungkan (tanah subur, iklim cocok) dan
bukan untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
-
Struktur perekonomian kolonial seperti gambar di bawah
ini :
|
|||||
-
Pasar dunia dan sektor ekspor terpisah dengan sektor
tradisional, karena sektor ekspor berhubungan langsung dengan pasar dunia dan
mendapat proteksi dari pemerintah.
b.
Konsep Dualisme
Sejak jaman
penjajahan sampai saat ini perekonomian Indonesia masih juga menunjukkan
ciri-ciri adanya dualisme, baik dualisme yang bersifat teknologis, maupun yang
bersifat ekonomis, sosial dan kultural. Boeke memberikan definisi masyarakat
dualistis (Anne Booth, 1990) :
“Masyarakat
yang mempunyai dua gaya sosial berbeda, yang masing-masing hidup berdampingan.
Dalam proses evolusi sejarah normal yang berlaku bagi masyarakat homogen, kedua
gaya sosial tersebut me3wakili tahap perkembangan sosial yang berbeda,
dipisahkan oleh suatu gaya sosial lain yang mewakili tahap transisi, misalnya :
masyarakat sebelum kapitalisme dan masyarakat kapitalisme maju yang dipisahkan
oleh masyarakat kapitalisme awal….”
(2)
Statistik Ekonomi Kolonial
a.
Kedudukan dan Fungsi Hindia Belanda
-
Sistem pemerintahan Kolonial (Hindia Belanda)
menciptakan sistem ekonomi kolonial yang diarahkan untuk memenuhi kepentingan
negeri Belanda. Maka Hindia belanjda sebagai negeri jajahan dijadikan sebagai :
1)
Daerah penghasil bahan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan industri negeri Belanda.
2)
Daerah pemasaran bagi hasil industri dari negeri
Belanda.
3)
Daerah penghasil devisa bagi kepentingan negeri
Belanda.
-
Hal ini terlihat dari peranan perdagangan Hindia
Belanda (Indonesia) di masa yang lalu.
b.
Peranan Hindia Belanda Dalam Perdagangan
-
Peranan Hindia Belanda terlihat dari prosentase ekspor
terhadap ekspor dunia untuk beberapa komiditi, antara lain : kina 99%, lada
86%, Kapok 72%, karet 37%, agave 33%, hasil kelapa 27%, minyak sawit 24%, the
19%, timah putih 17%, gula 5% (Soemitro, 1953; di kutip dari Suroso, 1994).
-
Perdagangan Hindia Belanda sebelum kemerdekaan sebagai
berikut :
Impor dari Ekspor ke
Negeri-negeri
Asia $ 89.000.000 $ 144.000.000
Negeri-negeri
Eropa 141.000.000 117.000.000
Amerika
36.000.000 90.000.000
Afrika
9.000.000 46.000.000
Australia
8.000.000 22.000.000
-
Kira-kira ¼ dari impor Hindia belanda datang dari
negeri belanda. Memang merupakan politik belanda untuk mendahulukan Firma-firm
Dagang Belanda.
-
Selama 20 tahun antara kedua perang dunia, neraca
perdagangan Hindia Belanda dengan Amerika mengalami surplus $ 955 juta, sedang
nerraca dagang negeri Belanda dengan Amerika defisit sebesar $900 juta. Surplus
dari Hindia belanda ini yang dipergunakan untuk menutup defisit negeri Belanda
(Soemitro, 1953: dikutip dari Suroso, 1994).
c.
Pendapatan Penduduk Indonesia Asli
-
Menurut data yang dihimpun oleh Polak pada tahun 1942,
perekonomian Indonesia telah mengalami masa-masa pasang surut (Anne Booth,
1990) :
1)
Pendapatan riil naik dalam tahun-tahun 1923 – 1928 dan
1934 – 1939.
2)
Masa-masa stagnasi dialami pada waktu terjadi
depresiasi dunia tahun 1929 – 1933.
-
Antara tahun 1921 – 1939 pendapatan riil penduduk
Indonesia asli naik 50% (sekitar 2,6% per tahun). Sedang laju pertumbuhan
penduduk waktu itu sekitar 1,5% per tahun.
-
Ini berarti bahwa pada masa penjajahan Belanda ada
peningkatan kesejahteraan hidup rakyat meskipun kecil dan lambat sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar